Minggu, 21 Juli 2013

Alien Class

Akhirnya selesai sudah 2 semester ini ku jalani bersama dengan teman teman 2A. Ya, Alien Class. Kalo ku ingat rasanya baru kemarin aku mengenal mereka. Canda, tawa, tangis, haru, rasanya semua baru ku rasa. Ahh! Tak terasa waktu berjalan begitu cepatnya. Tak terasa apa yang baru saja terjadi cepatlah jadi masa lalu. Masa yang mungkin hanya bisa dikenang, masa yang mungkin akan jadi rindu yang abadi.

Yahh,,aku sadar kehidupan akan tetaplah selalu seperti ini. Yang mana ada pertemuan disitu ada perpisahan. Memang, ini bukanlah sebuah perpisahan akhir. Aku sadar kita masih akan sering bertemu karena kita masih dalam satu kampus yang sama. Kita masih dalam suatu wadah perjuangan yang sama. Tapi percayalah, waktumu, sibukmu, dan teman barumu nanti, pasti akan menggantikan posisiku dalam lukisan kehidupanmu. Aku tau, itu semua bukan karena kamu yang menginginkannya. Tapi memang seperti itulah yang bakal terjadi.

Kini, tiba saatnya kita mengakhiri waktu yang selalu kita pakai bersama. Saatnya kita harus melepas kebersamaan kita 2 semester ini.

Tapi satu hal, aku tak akan melupakan apa yang pernah terjadi padaku saat bersamamu. Mungkin aku bahas aja apa yang mungkin paling teringat.

Mulai dari ketika kita semester 3, dimana aku menjadi koor PJ (penanggung jawab) matkul Praktikum Metode Penarikan Contoh I dengan dosen ibu Atik. Sampai disini mungkin kalian udah pada ingat. Ya! Saat itu ibuknya marah abis abisan gara gara aku bolak balik pindahin ruangan tanpa seijin beliau. Aku masih ingat persis apa yang terjadi saat itu. Mulai dari ekspresi ibuknya ketika marah, sampai ekspresi kalian pada saat itu. Terlihat  antara ekspresi takut sama ibuknya dan ekspresi ngetawain aku. Kayaknya sih. Kekeke

Lanjut, ketika kita sedang belajar matkul Metode Statistik II dengan dosen pakde yulianto. Tau lah ya hoby aku yang sering datang kuliah telat. Yang mana sungguh sangat konsisten aku lakukan. Ketika itu, aku datang kuliah telat saat pakde udah hadir di dalam kelas. Yaa,,biasalah beliau akan memberi punishment bicara dengan menggunakan bahasa inggris pada mahasiswanya yang datang terlambat. Tentu diantara kalian masih banyak yang ingat lah ya, gimana aku mencari cari alasan yang tepat dengan menggunakan bahasa inggris sesuai yang diperintahkan. Hmm,,seperti itulah.

Kemudian lagi (masih pakde), diamana aku yang tiba tiba ditunjuk suruh mengerjakan soal di depan. Padahal yang ku ingat, sebelumnya terakhir beliau bilang soal itu gak usah kita kerjakan. Yaudah saat itu aku asik ngerjain soal yang lain. Eh, tiba tiba pakde panggil namaku suruh kerja soal yang katanya gak usah dikerjakan. Okelah, gak apa apa. Tapi coba kalian ingat kata kata apa yang muncul dari pakde’s lips kepadaku. Sakiiiitttt !! hiks T.T

Padahal bukan cuman itu, sebelumnya pun beliau juga pernah nyuruh aku ke depan, daaann..ya begitulah. Mungkin kita gak usah lah ya buka buka luka lama. Cukup sekali aja. Lumayan suatu saat bisa jadi opsi dongeng buat anak cucu ku sebelum mereka tidur.
Oke, itu tadi beberapa luka lama yang aku sendiri juga bingung harus anggep ini cerita lucu, horor, romantis, atau apa. Mungkin bisa dijadikan inspirasi. #halah

Back to topic

Sebelum kalian jadikan aku sebagai masa lalu, mungkin gak afdhol rasanya kalo aku gak minta maaf terlebih dahulu.

Aku, Pangeran Statistisi (kikikik :D), dengan segala kerendahan hati minta maaf sama teman teman yang mungkin selama kita bersama ada luka yang mungkin telah aku buat. Entah itu dari perkataanku, perbuatanku, tingkah laku ku, semuanya. Semoga kalian berkenan memberikan maaf  padaku. Begitu juga aku yang tentu bakal memafkan kalian kalo memang selama ini ada salah ke aku :))

Aku pasti akan merindukan saat saat bersama kalian. Dengan sohib sohib ku 3 idiot, Ariyan, Febry, dan kalian semua teman teman penghuni Alien Class. Ada si jaim Fahmi, si centil Razy, si galau Silmia, si subur Suci, bahkan sampai miss statistician Theresa. *capek nyebutin satu2*

Sukses buat kita semua. Semoga kita bisa raih mimpi kita, harapan kita, dan tak ada satu pun penghalang dalam setiap langkah kita. Aamiin.

Sampai ketemu lagi dipuncak kesuksesan kita masing masing.

Pangeran Statistisi :))

Sabtu, 20 Juli 2013

Drop Out karena IP 4,00

Banyak dari sekian mahasiswa mendewakan yang namanya nilai. Dalam urusan belajar, mungkin tak sebesar seperti keinginan mereka memperoleh nilai tinggi. Bisa dibilang, belajar minimal hasil maksimal. Itu adalah motto andalan kebanyakan mahasiswa sekarang.

Yaa,,itu tadi adalah beberapa mahasiswa dari sampel yang didapat. Tapi bukan berarti semua mahasiswa kaya gitu loh. Ternyata banyak juga yang bener bener belajar demi bisa mendapatkan nilai yang mereka idamkan. Bahkan tidak sedikit diantara mereka merelakan masa mudanya untuk bergaul dengan tumpukan buku tiap harinya. Alhasil, mereka pandai tapi sosial kurang. Hmm,,itu udah jadi konsekwensi mereka demi secuil nilai.

Tapi faktanya, kenyataan dilapangan tidak berpihak pada mereka, si rajin. Namun keberuntungan justru berpihak pada si malas. Apa yang terjadi?

Dan jawabannya adalah faktor dosen. Ya! Faktanya, dosen memang selalu jadi momok sang penentu nasib mahasiswanya. Mau mereka belajar seperti apa, belum tentu yang jarang belajar itu nilainya lebih rendah dari mereka. Bahkan bukan tidak mungkin yang belajarnya mati matian justru nilainya lebih rendah dari mahasiswa yang jarang belajar. Itulah yang sedang terjadi. .

Seperti kisah Gerard misalnya.

Gerard adalah salah satu mahasiswa ikatan dinas. Diantara teman kuliahnya, ia adalah mahasiswa paling malas dikampusnya. Jelas saja, terlihat dari betapa sering ia terlambat masuk kuliah, tidak pernah kerja tugas sendiri dan memang ia sangat jarang belajar. Hal itu ia sengaja karena prinsip dia satu, "yang penting lulus!!"
Sehingga tak pernah tampak sedikitpun semangat belajar dari dirinya. Beruntungnya, ia selalu mendapatkan dosen yang enak ngasih nilainya. Entah karena sang dosen malas periksa berkas ujian, atau memang sang dosen yang suka ngasih nilai cuma cuma untuk mahasiswanya. Hal itu membuat Gerard selalu lulus dan mendapatkan nilai yang gak beda jauh dari teman temannya. Pada semester berikutnya, lagi lagi ia mendapatkan dosen dosen dermawan nilai. Hal itu membuatnya semakin malas untuk belajar dan berperilaku seperti sebelum sebelumnya. Hingga sampailah saat saat mereka mengikuti ujian semester. Walaupun ia yakin dosennya bakal ngasih nilai baik, tapi kali ini ia sedikit merasa khawatir dengan hasil kerja ujiannya. Gimana gak khawatir, tiap hari ia gak pernah belajar dan waktu ngerjain tak satupun yang bisa ia kerjakan.

Hfyuuhh,,dan akhirnya tibalah waktunya pengumuman nilai. Saat itu terlihat wajah wajah khawatir tampak memenuhi ruangan kelas. Mulai dari yang pinter, yang rajin, sampai yang malesan. Semuanya punya rasa yang sama, khawatir. Setelah lama menahan rasa penasaran, akhirnya sang dosen mengumumkan IP mahasiswanya satu per satu. Dan terlihat, salah satu mahasiswa yang dikenal pinter mendapatkan IP 3,62. Semakin kencang rasanya suara detak jantung Gerard saat itu. Tak lama setelah itu, tiba tiba sang dosen memanggil Gerard seperti ini, "Gerard,,maaf bapak tidak bisa membantu banyak." Setelah mendengar pernyataan itu, tanpa bicara sedikitpun ia pun menangis. Kemudian sang dosen pun melanjutkan pernyataannya, "hahahaa,,selamat Gerard, kamu mendapatkan IP 4,00. Sekaligus IP tertinggi dikampus ini."
Setelah mendengar kata itu, bukan hanya Gerard, tapi semua pun ikut terkejut mendengarnya. Akhirnya mereka pun lulus semua tanpa ada yang harus Drop Out satupun.

Namun sejak saat itu, Gerard justru terlihat sering murung. Ia berfikir, pantaskah ia mendapatkan nilai itu? Hal itu justru membuat ia semakin terbebani. Pantas saja, ia adalah orang yang malas, gak pernah belajar, tapi kini ia justru mendapatkan IP tertinggi. Dan pikiran itu selalu menghantui dia sejak saat itu, sejak pertama ia melihat nilai. Akhirnya mental ia pun mulai kacau. Konsentrasinya hilang, dan selalu murung. Sehingga akhirnya ia harus mengalami gangguan jiwa akibat hal itu.
Pihak kampuspun dengan tegas akan peraturannya bahwa tidak menerima dari mahasiswanya yang didapati mengalami gangguan jiwa. Akhirnya dengan terpaksa ia harus Drop Out.

Seperti itulah kisah Gerard pada masa kuliahnya. Orang lain biasa Drop Out karena IP kurang, atau tidak bisa mengikuti mata kuliah yang diberikan. Tapi berbeda dengannya. Ia harus Drop Out karena mendapatkan nilai tertinggi, IP 4,00.

Lantas jika seperti ini, Siapa yang harus disalahkan??