Detik demi detik
berlalu. Tetes embun berjatuhan diantara dedaunan. Kicauan burung bersautan melengkapi
sejuknya udara pagi ini. Terdengar suara kendaraan mulai perlihatkan aktivitas
sibuk Jakarta. Satu per satu orang mulai terbangun dari tidurnya. Begitu halnya
dengan Nayla. Gadis cantik ini terbangun dari tidurnya dengan penuh semangat.
Pantas saja, kuliah perdananya tingkat 3 di STIS akan dimulai hari ini. STIS
merupakan salah satu Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) yang ada di Indonesia. Di
semester 5 ini, ia memulainya penuh semangat sebagaimana seperti semester sebelumnya
yang juga telah ia lalui dengan penuh semangat.
“Tengg..teengg..teengg..” terdengar suara jam
dinding kamar Nayla menunjukkan pukul 7 pagi. Ia pun bergegas berdandan rapi
dan bersiap untuk hari pertamanya masuk kuliah ditingkat 3. Dengan cepat ia pun
berjalan menuju kampusnya penuh semangat.
“Kreeeekkk” Nayla pun
membuka pintu kelas barunya. Terlihat teman-temannya sudah bersiap ditempat
duduknya masing-masing. Sementara cowok-cowok di kelas barunya terpesona
melihatnya masuk ke kelas. Nayla adalah salah satu cewek yang cantik di
kampusnya. Kulit putih, rambut panjang, mata lebar, dan bibirnya yang tipis
sering kali membuat cowok yang melihatnya tak kuasa mengalihkan pandangannya.
Tapi ia tak pernah menghiraukan hal itu. Karena selama ini ia hanya fokus
kuliah, kuliah dan kuliah. Ia pun mencari tempat duduk yang kosong dan segera
bersiap untuk mengikuti kuliah perdana tingkat 3. Ketika ia mulai mengeluarkan
buku dari dalam tasnya, ia sekilas melihat seorang cowok namanya Sandy, yang
sedang duduk di sebelahnya terlihat sangat sibuk dengan gadget nya. Ia pun segera mengembalikan pandangannya pada cowok
tersebut.
“Ni cowok cuek banget
sih, gak nglirik aku sedikitpun” pikir Nayla dalam hati. Ia mulai penasaran
dengan Sandy yang punya sifat berbeda dengan teman cowoknya yang lain. Sandy
adalah cowok tinggi, ganteng, yang gak banyak bicara, dan tiap kali ia bicara
sering kali bikin cewek-cewek yang mendengarnya klepek-klepek dibuatnya. Namun Nayla pun memutuskan untuk
menghentikan rasa penasarannya terhadap Sandy. Sepanjang kuliah mereka tak
saling bicara. Sandy tak pernah mengajak Nayla bicara, begitu juga Nayla yang
enggan untuk memulai pembicaraan dengan Sandy.
“Baik, kuliah hari ini
kita cukupkan sampai disini dulu yaa..” dosen pun mengakhiri kuliah perdananya.
Mahasiswa mulai berhamburan keluar dari kelas. Namun terlihat cuaca di luar
tenyata sedang hujan deras, mereka yang bawa payung satu per satu mengeluarkan
payungnya dan segera pulang ke kosan masing-masing.
“Ahh! Pake acara lupa
bawa payung segala lagi!” keluh Nayla sambil menutup wajahnya dengan kedua
telapak tangannya. Setelah ia buka wajahnya, ia terkejut di atas kepalanya
sudah ada payung yang memayunginya.
“Mau bareng gak?” ajak
Sandy sambil memegang payung.
“B..bb..boleh” jawab
Nayla dengan gugup. Nayla sangat kaget dengan ajakan Sandy yang secara
tiba-tiba. Sandy yang selama kuliah berlangsung gak pernah ajak dia bicara,
sekarang tiba-tiba dia memayunginya dan mengajak pulang bareng bersamanya.
Sepanjang perjalanan Nayla masih gak cukup percaya, ia berjalan dengan sedikit
melamun sambil berusaha menyadari bahwa Sandy telah membuat dirinya semakin
penasaran.
“Tiiiinn...tiiiinn...tiiiiinnn...”
bunyi suara klakson mobil menyadarkan lamunan Nayla. Bergegas Sandy memegang
tangan Nayla dan mengajaknya lari.
“Ayo Nay..lariii,
cepeettt!!” teriak Sandy sambil berlari. Saat itu kebetulan mereka sedang
menyebrang jalan raya saat lampu merah sudah mulai berganti hijau. Puluhan
kendaraan membunyikan klakson supaya mereka jalan lebih cepat. Sesampai
diseberang jalan, perlahan mereka menghentikan lari dan melanjutkannya dengan
jalan lebih pelan.
“Eh, maaf.” kata Sandy
sambil melepaskan tangannya dari tangan Nayla. Mereka gak sadar kalau ternyata
Sandy masih memegang tangan Nayla hingga di seberang jalan.
“Iya, gak papa kok”
jawab Nayla dengan malu. Pipinya pun mulai memerah. Senyum yang indah mulai
mengembang seperti sekuntum bunga yang mekar di pagi hari. Semenjak saat itu,
mereka pun mulai salah tingkah dan keduanya saling diam sampai di kosan Nayla.
“Emm..Sandy, makasih ya
udah mau nganterin?” ucap Nayla sambil buru-buru ingin segera menutup kembali
pintu pagar kost nya.
“Iya Nay, sama-sama”
jawab Sandy canggung. Sandy pun segera meninggalkan kost Nayla dengan pikiran
yang terus menerus kebayang manisnya senyuman Nayla. Begitupun Nayla, sesampai
di kamar ia istirahat sambil berbaring di ranjang tempat tidurnya. Pikirannya
pun tak bisa pergi dari bayangan Sandy. Tatapan mata Sandy terasa sangat
menyejukkan hati Nayla.
“Oh God, perasaan apa ini?” ucap Nayla
bertanya-tanya dalam hatinya. Ia tak pernah merasakan perasaan seperti itu
sebelumnya. Jangankan merasakan, sempat terpikir dibenaknya saja belum pernah
ia alami.
“Brrrrtttt...brrrtttt..” handphone Nayla bergetar. Bergegas ia
mengambilnya dari atas meja belajarnya. Dilihat ada pesan baru masuk dari nomer
baru yang belum tersimpan di kontaknya. Ia pun segera membuka dan lekas
membacanya.
“Hai Nay, ini aku
Sandy. Aku dapet nomer HP kamu dari temenku. Oya, maaf ya buat tadi, aku lancang
banget udah pegang tangan kamu” ucap Sandy lewat SMS. Tak pikir panjang-panjang
Nayla pun langsung membalasnya.
“Oh Sandy? Iya San, gak
papa kok. Udah gak usah dipikirin. Toh kamu juga gak sengaja kan? Hehe” jawab
Nayla.
“Emm..yaudah deh. Oya,
ini nomerku. Jangan lupa disave ya?
Hehe”
“Okee” balas Nayla
singkat. Sejak saat itu Nayla semakin penasaran dengan cowok satu ini. Malam
harinya ia pergi ke kamar Keke yang berada tepat disebelah kamarnya. Keke
adalah mahasiswi STIS seangkatan dengan Nayla. Ia merupakan satu-satunya temen
kost Nayla yang selalu curhat-curhatan diantara keduanya.
“Keke, kamu kenal sama
yang namanya Sandy gak?” tanya Nayla penasaran.
“Oh, Sandy? Iya lah,
cewek mana juga yang gak kenal sama dia?” jawab Keke.
“Oh iya?? Dia orangnya
gimana sih?” tanya Nayla semakin penasaran.
“Ya gitu lah. Cool, ganteng, kereeenn. Wah pokonya aku
mau banget lah kalo jadi cewek dia. Hihihi” jawab Keke senyum-senyum sambil
bayangin wajah Sandy.
“Eh eh, tumben kamu
nanyain cowok. Kamu suka??” tambah Keke balik penasaran. Pipi Nayla pun mulai
nampak memerah.
“Emmm...ah dasar kepo!
Hahaha” jawab Nayla sambil lari ke kamarnya. Tingkah laku Nayla membuat Keke
pun hampir tak percaya. Setau dia Nayla belum pernah yang namanya suka sama
cowok. Sekarang dia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau dunia memang
sudah terbalik. Nayla si cewek rajin jatuh cinta dengan seorang cowok yang baru
ia kenal. Sejak saat itu, Nayla semakin penasaran dengan Sandy. Ia mulai
merasakan sesuatu yang seumur hidup belum pernah ia alami.
“Oh God, apakah ini yang namanya jatuh
cinta??” tanya Nayla dalam hati. Ia pun sebenarnya masih tak percaya dengan apa
yang sedang ia rasakan.