Sabtu, 08 Februari 2014

“Rintik Hujan Pertemukan Jodohku”



Detik demi detik berlalu. Tetes embun berjatuhan diantara dedaunan. Kicauan burung bersautan melengkapi sejuknya udara pagi ini. Terdengar suara kendaraan mulai perlihatkan aktivitas sibuk Jakarta. Satu per satu orang mulai terbangun dari tidurnya. Begitu halnya dengan Nayla. Gadis cantik ini terbangun dari tidurnya dengan penuh semangat. Pantas saja, kuliah perdananya tingkat 3 di STIS akan dimulai hari ini. STIS merupakan salah satu Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) yang ada di Indonesia. Di semester 5 ini, ia memulainya penuh semangat sebagaimana seperti semester sebelumnya yang juga telah ia lalui dengan penuh semangat.
 “Tengg..teengg..teengg..” terdengar suara jam dinding kamar Nayla menunjukkan pukul 7 pagi. Ia pun bergegas berdandan rapi dan bersiap untuk hari pertamanya masuk kuliah ditingkat 3. Dengan cepat ia pun berjalan menuju kampusnya penuh semangat.
“Kreeeekkk” Nayla pun membuka pintu kelas barunya. Terlihat teman-temannya sudah bersiap ditempat duduknya masing-masing. Sementara cowok-cowok di kelas barunya terpesona melihatnya masuk ke kelas. Nayla adalah salah satu cewek yang cantik di kampusnya. Kulit putih, rambut panjang, mata lebar, dan bibirnya yang tipis sering kali membuat cowok yang melihatnya tak kuasa mengalihkan pandangannya. Tapi ia tak pernah menghiraukan hal itu. Karena selama ini ia hanya fokus kuliah, kuliah dan kuliah. Ia pun mencari tempat duduk yang kosong dan segera bersiap untuk mengikuti kuliah perdana tingkat 3. Ketika ia mulai mengeluarkan buku dari dalam tasnya, ia sekilas melihat seorang cowok namanya Sandy, yang sedang duduk di sebelahnya terlihat sangat sibuk dengan gadget nya. Ia pun segera mengembalikan pandangannya pada cowok tersebut.
“Ni cowok cuek banget sih, gak nglirik aku sedikitpun” pikir Nayla dalam hati. Ia mulai penasaran dengan Sandy yang punya sifat berbeda dengan teman cowoknya yang lain. Sandy adalah cowok tinggi, ganteng, yang gak banyak bicara, dan tiap kali ia bicara sering kali bikin cewek-cewek yang mendengarnya klepek-klepek dibuatnya. Namun Nayla pun memutuskan untuk menghentikan rasa penasarannya terhadap Sandy. Sepanjang kuliah mereka tak saling bicara. Sandy tak pernah mengajak Nayla bicara, begitu juga Nayla yang enggan untuk memulai pembicaraan dengan Sandy.
“Baik, kuliah hari ini kita cukupkan sampai disini dulu yaa..” dosen pun mengakhiri kuliah perdananya. Mahasiswa mulai berhamburan keluar dari kelas. Namun terlihat cuaca di luar tenyata sedang hujan deras, mereka yang bawa payung satu per satu mengeluarkan payungnya dan segera pulang ke kosan masing-masing.
“Ahh! Pake acara lupa bawa payung segala lagi!” keluh Nayla sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Setelah ia buka wajahnya, ia terkejut di atas kepalanya sudah ada payung yang memayunginya.
“Mau bareng gak?” ajak Sandy sambil memegang payung.
“B..bb..boleh” jawab Nayla dengan gugup. Nayla sangat kaget dengan ajakan Sandy yang secara tiba-tiba. Sandy yang selama kuliah berlangsung gak pernah ajak dia bicara, sekarang tiba-tiba dia memayunginya dan mengajak pulang bareng bersamanya. Sepanjang perjalanan Nayla masih gak cukup percaya, ia berjalan dengan sedikit melamun sambil berusaha menyadari bahwa Sandy telah membuat dirinya semakin penasaran.
“Tiiiinn...tiiiinn...tiiiiinnn...” bunyi suara klakson mobil menyadarkan lamunan Nayla. Bergegas Sandy memegang tangan Nayla dan mengajaknya lari.
“Ayo Nay..lariii, cepeettt!!” teriak Sandy sambil berlari. Saat itu kebetulan mereka sedang menyebrang jalan raya saat lampu merah sudah mulai berganti hijau. Puluhan kendaraan membunyikan klakson supaya mereka jalan lebih cepat. Sesampai diseberang jalan, perlahan mereka menghentikan lari dan melanjutkannya dengan jalan lebih pelan.
“Eh, maaf.” kata Sandy sambil melepaskan tangannya dari tangan Nayla. Mereka gak sadar kalau ternyata Sandy masih memegang tangan Nayla hingga di seberang jalan.
“Iya, gak papa kok” jawab Nayla dengan malu. Pipinya pun mulai memerah. Senyum yang indah mulai mengembang seperti sekuntum bunga yang mekar di pagi hari. Semenjak saat itu, mereka pun mulai salah tingkah dan keduanya saling diam sampai di kosan Nayla.
“Emm..Sandy, makasih ya udah mau nganterin?” ucap Nayla sambil buru-buru ingin segera menutup kembali pintu pagar kost nya.
“Iya Nay, sama-sama” jawab Sandy canggung. Sandy pun segera meninggalkan kost Nayla dengan pikiran yang terus menerus kebayang manisnya senyuman Nayla. Begitupun Nayla, sesampai di kamar ia istirahat sambil berbaring di ranjang tempat tidurnya. Pikirannya pun tak bisa pergi dari bayangan Sandy. Tatapan mata Sandy terasa sangat menyejukkan hati Nayla.
“Oh God, perasaan apa ini?” ucap Nayla bertanya-tanya dalam hatinya. Ia tak pernah merasakan perasaan seperti itu sebelumnya. Jangankan merasakan, sempat terpikir dibenaknya saja belum pernah ia alami.
“Brrrrtttt...brrrtttt..” handphone Nayla bergetar. Bergegas ia mengambilnya dari atas meja belajarnya. Dilihat ada pesan baru masuk dari nomer baru yang belum tersimpan di kontaknya. Ia pun segera membuka dan lekas membacanya.
“Hai Nay, ini aku Sandy. Aku dapet nomer HP kamu dari temenku. Oya, maaf ya buat tadi, aku lancang banget udah pegang tangan kamu” ucap Sandy lewat SMS. Tak pikir panjang-panjang Nayla pun langsung membalasnya.
“Oh Sandy? Iya San, gak papa kok. Udah gak usah dipikirin. Toh kamu juga gak sengaja kan? Hehe” jawab Nayla.
“Emm..yaudah deh. Oya, ini nomerku. Jangan lupa disave ya? Hehe”
“Okee” balas Nayla singkat. Sejak saat itu Nayla semakin penasaran dengan cowok satu ini. Malam harinya ia pergi ke kamar Keke yang berada tepat disebelah kamarnya. Keke adalah mahasiswi STIS seangkatan dengan Nayla. Ia merupakan satu-satunya temen kost Nayla yang selalu curhat-curhatan diantara keduanya.
“Keke, kamu kenal sama yang namanya Sandy gak?” tanya Nayla penasaran.
“Oh, Sandy? Iya lah, cewek mana juga yang gak kenal sama dia?” jawab Keke.
“Oh iya?? Dia orangnya gimana sih?” tanya Nayla semakin penasaran.
“Ya gitu lah. Cool, ganteng, kereeenn. Wah pokonya aku mau banget lah kalo jadi cewek dia. Hihihi” jawab Keke senyum-senyum sambil bayangin wajah Sandy.
“Eh eh, tumben kamu nanyain cowok. Kamu suka??” tambah Keke balik penasaran. Pipi Nayla pun mulai nampak memerah.
“Emmm...ah dasar kepo! Hahaha” jawab Nayla sambil lari ke kamarnya. Tingkah laku Nayla membuat Keke pun hampir tak percaya. Setau dia Nayla belum pernah yang namanya suka sama cowok. Sekarang dia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau dunia memang sudah terbalik. Nayla si cewek rajin jatuh cinta dengan seorang cowok yang baru ia kenal. Sejak saat itu, Nayla semakin penasaran dengan Sandy. Ia mulai merasakan sesuatu yang seumur hidup belum pernah ia alami.
“Oh God, apakah ini yang namanya jatuh cinta??” tanya Nayla dalam hati. Ia pun sebenarnya masih tak percaya dengan apa yang sedang ia rasakan.