Sabtu, 24 Januari 2015

Sepucuk Surat Untukmu

Malam mulai larut,
bayang semu melengkapi lamunanku malam ini.
Tak ada lagi rasa yang mampu ku pendam.
Tak ada lagi kata yang mampu ku tanam.

Pikirku, semua tentang kamu.
Tentang rasa yang selama ini ku pendam dalam memori waktu.
Aku tak tahu betapa peliknya hidup ini,
betapa rumitnya kenyataan ini.

Aku tak paham.
Aku tak mengerti kenapa engkau dihadirkan untukku.
Kenapa harus engkau yang dipaksa untuk mengenalku.

Padahal,
sekalipun aku tak pernah menyebut namamu dalam doaku.

Lantas, kenapa engkau datang??

Aku tak berani.
Bukan kuasaku untuk menyebutmu sebagai jodoh yang dikirimkan untukku.

Tapi,
Kini aku mulai sadar.
Sadar akan rasa yang sebenarnya telah lama aku kenal.

Ketika kau jauh, hati ini menjerit.
Ketika kau acuh, diri ini menangis.

Tak ada lagi kata yang pantas.
Kau mutiara relung hatiku.

Rasanya, aku tak sabar menunggu saat itu.
Saat ketika aku meminta pada orang tuamu.
Saat ketika aku merebutmu dari pelukan ayahmu.

Aku tak tahu betapa hancurnya perasaan ayah dan ibumu saat itu.
Putri yang susah payah mereka besarkan harus ku ambil begitu saja.

Tapi satu janji yang akan ku katakan pada mereka.

"Pak, Buk, aku akan menjaga putrimu sebagaimana kau pertaruhkan nyawamu untuknya."

Semoga kata itu sedikit melegakan hati mereka yang kian sesak mendengarkan permintaanku.

Aku harap kamu bisa menerimaku apa adanya.

Dan,
Menjadi ibu dari anak-anakku.

                   ***