Minggu, 23 Desember 2012

Jerit Tangis Sebuah Ruang Gelap

Akhirnya ku temukan seekor burung dara cantik, pelipur lara setiap tangis sedu.
Ia terbang kesana kemari, memenuhi ruang sempit dalam pikiranku. Kadang ia mengatupkan dan mengepakkan sayapnya, kemudian sayap lebar itu diam membentang sementara ia tetap tertahan dalam pikiranku. Bagai sebuah tarian indah yang penuh harmoni, kadang menyentak, kadang terdiam dengan lembutnya..

Tapi kini ku lihat berbeda. Ia pucat, ia sakit, dan tak seperti biasa. Memang, ia berusaha tersenyum dalam sakitnya, tapii..... ahh !!
Hampir aku tak kuasa menahan apa yang ia rasa. Seperti tidur dalam tumpukan kapas putih yang tersembunyi ribuan jarum runcing di dalamnya.
Sakit memang ku rasa. Tapi apalah daya? Hanya bisa ku kirimkan doa pada-Nya, berharap bahwa sesuatu itu bakal terjadi dalam ruang kebaikan, dimana tak akan ada tangis di dalamnya.

Daraku...
Kau tau? Ku rasa Jerit Tangis Sebuah Ruang Gelap dalam diri ini. Bukan suatu belas kasihan, Namun ku rasa seperti apa yang kau rasa. Tapi ku rasa kau tak perlu tau ini. Karna aku ingin selalu membuatmu kuat, tegar. Aku ingin selalu melihatmu terbang, terus menari di dalam pikiranku.

Daraku...
Lekaslah sembuh. Ku kan selalu kirimkan doa untukmu. Dan ku ingin kita bisa bernyanyi, dan kau ajak aku terbang bersamamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar